Kadanta.Media Tana Toraja – Pasca dewan terima aspirasi masyarakat kasus bunuh diri yang di pimpin Ketua Komisi II Yuli Saranga, SE, Rabu (01/02/2023).
Gabungan komisi gelar rapat dengar pendapat (RDP) dengan dua OPD tehnis Dinas Pendidikan, dan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A).
Kadis DP3A Rospita Napa, dan Plt Kadis Pendidikan Andarias Lebang turut hadir.
Doktor Kristian H.P.Lambe dari fraksi Demokrat katakan sala satu faktor orang kerap bunuh diri (Mentuyo) karena ingin lepas dari penderitaan.
Penyebab orang bunuh diri dominan dikalangan remaja persoalan asmara, sehingga ahiri hidupnya gantung diri.
Menurut Kristian, penyebab gantung diri multi efek dan tidak berdiri sendiri hanya satu persoalan.
Dari hasil research saya tuangkan dalam buku, begitu tingginya kasus bunuh diri di Toraja menjadikan daerah ini darurat kasus bunuh diri. Karena itu semua stake holder punya peran sosialisasi pencegahan, utamanya orang tua dan di sekolah sering dilakukan konseling perkuat iman dan religi, imbuh Kristian.
Ditambahkan Yariana Somalinggi dari Fraksi Golkar, sala satu faktor remaja depresi dan pupus harapan lantaran tidak mampu mengatasi tekanan jiwa, dan kebanyakan terjadi di kalangan remaja.
Kerap bunuh diri dilakukan orang dari kampung yang kurang mendapat pengawasan, termasuk lemah pengawasan pemilik rumah kos.
Kedepan pemerintah sudah saatnya seimbangkan pembangunan fisik dengan kegiatan sosial kemasyarakatan.
Pendidikan anak mulai dari usia dini hingga remaja diperkuat kemandirian yang positif sehingga punya kemampuan mengatasi masalah. Termasuk penggunaan medsos yang terkendali dan punya batasan yang wajar, ujar Yariana.
Senada Kadis DP3A, Rospita Napa, tahun 2022 lalu kekerasan perempuan dan anak sebanyak 75 kasus dilakukan pendampingan bersama PPA Polres Tana Toraja.
Saya sependapat Perda penerapan Perda kekerasan perempuan dan anak lebih ketat sosialisasinya, singkat Rospita.(*)KaM.
